Minggu, 29 Maret 2009

KETIKA DIA MENGHAMPIRIKU….


Pagi itu, seperti hal nya pagi-pagi yang telah berlalu, aku sambut kedatangan seorang tamu tetapku.

" Assalamualaikum", seru Subuh.
" Wa'alaikumsalam", sahutku sambil menghampirinya.

Dan kami terus berpelukan, tanda rindu penuh kasih sayang.

Kutanya khabar subuh, bagaimana keadaannya ketika mengembara dari satu tempat ke satu tempat lainnya.

" Tadi...", kata Subuh dengan sedih,"...aku baru saja melintasi satu tempat.

Kucari tempat persinggahan, ku ketuk pintu pintu rumah yang sunyi, tapi satupun tak mau menerimaku sebagai tamu.

"Dan airmata Subuh pun berlinang. Aku katakan : "Subuh, usah kau pedulikan mereka, bukankah aku menyambutmu dengan penuh rasa kegembiraan?

Subuh mengangkat mukanya dan sepertinya ada yang sesuatu yang terlintas di pikirannya….. lalu ia bercerita.

"Oh ya, tadi aku lewat di suatu tempat yang berada diseberang sungai. mereka sepertimu, menyambutku dengan penuh suka, menjamuku dengan berbagai hidangan yang lezat! serta mengiurkan. , hidangan yang paling aku suka adalah buah Tahajjud, puas kucari ditempat lain, tapi jarang kujumpai.

Di situ aku makan dengan lahap buah Tahajjud dengan penuh nikmat ". Subuh merenung dan ia menatap mataku mengharapkan sesuatu. Aku paham apa yang dia maksud.

"Maaf Subuh, aku tidak menanam pohon Al-Lail, jadi aku tidak dapat menghidangkanmu dengan buah yang kau sukai.

Tapi aku ada roti Shiyam", Subuh menolak dengan hormat. "Roti itu anda yang punya", kata Subuh.

"Apakah kau mau manisan Zikir?" rayuku pada Subuh. "Baiklah, ambilkan aku sedikit, serta bawakan aku segelas Air Mata Tangisan", pinta Subuh.

Aku agak malu, bagaimana harus kuberitahu pada Subuh, bahwa Mata Air Tangisan sudah hampir kering akibat kemarau Maksiat yang berkepanjangan?

Aku terus berlalu kebelakang dan terkejut.ketika kulihat sumur tersebut hampir separuh penuhnya. Dan aku tersentak didalam hati,adakah ini tanda kemarau akan berakhir?

Dengan tidak membuang waktu lagi kubawa Air itu dan memberikannya pada Subuh, tamu yang kusanjung dan selalu kutunggu, dan kusugukan manisan yang dipintanya.

Selesai melahap kesemuanya, Subuh pun memberikan sebuah senyuman tanda terimakasihnya padaku.

"Subuh...", seruku,"...maukah kau tinggal selamanya denganku? aku memerlukan teman dalam kesunyian. Akan kulayani kau dengan sebaiknya, wahai subuh". Subuh tersenyum lagi menandakan permintaanku tidak akan dipenuhi. "Maafkan aku,karena aku perlu mendatangi semua orang, dan masih lebih banyak lagi yang memerlukan kehadiranku untuk mengobati rindu mereka, sebagaimana aku menguliti mimpi mimpimu".

Dan aku setuju dengan penjelasan Subuh….

"Subuh",...seruku lagi. ketika melihat Subuh bersiap untuk pergi, "Sudikah kau menengokku lagi esok hari?". "InsyaAllah",jawab Subuh,"...bukankah aku kekasih yang selalu kau rindukan?". Subuh berangkat dan berlalu dengan pelan tetapi pasti.. sambil mengucapkan :

"Assalamulaikum" ,seru Subuh.


" Wa'alaikumsalam",jawabku kembali.

Dan mataku terus mengikuti langkah Subuh, yang semakin cepat dengan setiap langkahnya. Dan akhirnya Subuh menghilang dari pandanganku.

Adakah esok hari aku masih berpeluang untuk bertemu Subuh yang datang menjengukku? Entahlah harapku menggumam dalam hati.


Medio March 09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar